Rencana Pemotongan Sertifikasi Disorot, Pengelolaan Baznas Dinilai Tertutup

oleh -665 views
tajir syahroni
Lalu Tajir Syahroni

LOMBOKSATU.com – Penolakan rencana pemotongan zakat sertifikasi guru senilai 2,5 persen di Lombok Tengah yang akan dilakukan Baznas terus menuai polemik dan banyak mendapat sorotan publik.

Bahkan, perhatian publik tidak hanya tertuju pada persoalan zakat profesi 2,5 persen saja, “Dapur” Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Lombok Tengah yang selama ini jauh dari isu miring mulai dipelototi.

Kepada wartawan, Senin (06/02/2023), aktifis senior Lombok Tengah, Lalu Tajir Syahroni menilai bahwa pengelolaan Baznas Lombok Tengah selama ini terkesan sangat tertutup.

Dikatakan Tajir, sebagai lembaga vertikal yang mendapat dukungan penuh pemerintah, Baznas telah diberikan kewenangan yang sangat besar dalam mengatur dana umat.

Tidak tanggung-tanggung, anggaran yang dikelola setiap tahun, ditaksir mencapai puluhan miliar yang berasal dari berbagai sumber.

Bayangkan saja kata Tajir, dari potongan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja, dana yang bisa dikumpulkan mencapai miliaran rupiah setiap bulannya.

Belum lagi dana-dana hibah dari pemerintah daerah dan para dermawan, menjadi menjadi salah satu sumber pendapatan Baznas Lombok Tengah.

Sayangnya kata Tajir, penggunaan dana yang begitu besar tersebut selama ini terkesan asal-asalan dan tidak profesional.

Pihaknya menduga, selama ini dana Baznas Lombok Tengah kerap digunakan untuk keperluan yang tidak semestinya. Dana Baznas bahkan diduga kerap digunakan untuk kepentingan politik tertentu.

Aturannya, dana Baznas untuk santunan anak yatim, orang miskin, pembangunan sarana ibadah dan kegiatan ibadah dan religius lainnya.

Namun selama ini, anggaran Baznas Lombok Tengah diduga kerap dipakai untuk membiayai kegiatan LSM ataupun kegiatan yang tidak selayaknya dibiayai oleh Baznas Lombok Tengah.

Ironisnya, kegiatan maupun pertanggung jawaban dana Baznas terkesan tertutup.
“Kita sudah berzakat, perlu dong kita tahu kapan uangnya digunakan dan untuk apa saja,” kata Tajir.

Dengan dana kas yang begitu besar, informasi seluruh program Baznas mulai saat perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan yang terkecil di lapangan sekalipun, seharusnya dibuka seluas luasnya ke publik.

Papan informasi kegiatan Baznas semestinya dipampang di masing-masing OPD. Bila perlu sampai desa dan dusun. Dengan demikian, masyarakat yang selama ini rutin bayar zakat tahu kemana uang mereka digunakan.

Masyarakat termasuk ASN selama ini terkadang hanya mengetahui kegiatan Baznas melalui photo selfi di media sosial, itupun tidak rutin melainkan hanya pada kegiatan tertentu saja.

Sebenarnya lanjut Tajir, keluhan masyarakat seputar pengelolaan dana Baznas Lombok Tengah sudah ada sejak lama. Hanya saja banyak masyarakat masih segan menyampaikan keluh kesah.

Hal itu disebabkan karena hampir seluruh komisioner Baznas merupakan tokoh agama mulai tuan guru sampai ustadz. Paling tidak mereka adalah tokoh yang dikenal religius dan terpandang, sehingga masyarakat segan bersuara.

Memang lanjut Tajir, jika melihat latar belakangnya, pihaknya percaya para komisioner Baznas saat ini adalah para tokoh yang sudah teruji jujur dan bertanggungjawabnya.

Namun hal itu menurutnya tidak menjamin bahwa Baznas akan tetap bersih dan bebas dari penyimpangan. Karena sejujur dan sebersih apapun mereka, orang-orang Baznas tetaplah manusia biasa yang suatu saat bisa klilaf dan melakukan kesalahan.

Dalam upaya memastikan dan menjaga marwah serta nama baik Baznas, saran, masukan ataupun kritikan masyarakat sangat dibutuhkan. Sebaliknya jika masyarakat diam, pengelolaan Baznas akan menjadi kebablasan.

Tidak menutup kemungkinan kedepan Baznas akan menjadi lembaga yang paling “kotor”. Jika sudah demikian, kepercayaan umat terhadap lembaga keagamaan atau tokoh agama tentu akan terkikis dengan sendirinya.

Untuk itu kedepan pihaknya berharap agar Baznas lebih terbuka. Begitu juga Aparat Penegak Hukum (APH) yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) agar meningkatkan pengawasan dan memberikan masukan jika ada kekeiruan dalam pengelolaan Baznas.

“Ini adalah bentuk cinta kasih kami terhadap Baznas dan para guru serta panutan kami yang ada di dalamnya. Kami berharap keluhan-keluhan kami ini bisa didengar dan menjadi bahan perbaikan kedepan,” pungkasnya.

Semetara itu Ketua Umum Baznas Lombok Tengah, TGH Maarif Makmun Dirangse masih belum mau menanggapi berbagai keluhan masyarakat tersebut.

Ulama karismatik tersebut hanya membaca pesan WhatsApp wartawan tanpa memberikan jawaban sepatah kata pun. Sedangkan beberapa pejabat Baznas yang lain belum bisa ditemui wartawan dengan alasan sibuk. (Dar)