LOMBOKSATU.com – Senyum bahagia tampak jelas di wajah Wardaniatunisail Ulya, siswi MAN 1 Lombok Timur asal Sukamulia. Ia dipercaya memegang tugas mulia sebagai pembawa baki bendera merah putih pada upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 tingkat Provinsi NTB di Lapangan Bumi Gora, Kantor Gubernur NTB, Minggu (17/8/2025).
Tugas itu tentu bukan hal sederhana. Ulya berdiri di barisan depan, melangkah mantap, membawa baki berisi Sang Merah Putih yang kemudian dikibarkan dengan penuh khidmat. Sorot matanya tegas, langkahnya anggun, seakan menyatukan doa orang tua dalam satu momen bersejarah yang tak terlupakan.
Ulya lahir dari pasangan Syamsul Luthfi Nasruddin dan Baiq Zahratul Aeni. Sejak kecil, ia dikenal tekun belajar dan memiliki cita-cita menjadi dokter. Namun, siapa sangka jalan hidup membawanya untuk lebih dulu menorehkan sejarah sebagai salah satu putri terbaik Lombok Timur yang mengemban tugas negara.
Perjalanan Ulya menuju barisan Paskibra Provinsi NTB bukanlah hal instan. Seleksi dimulai dari tingkat sekolah, lalu berlanjut ke tingkat kabupaten, hingga akhirnya ia terpilih bersama rekannya, Ramzi, untuk mewakili Lombok Timur di tingkat provinsi.
Dari 28 siswa terbaik NTB, Ulya mendapat kepercayaan lebih, menjadi pembawa baki—sebuah posisi yang penuh simbol kebanggaan. Demi tampil maksimal, Ulya bersama tim Paskibra NTB digembleng selama dua pekan sejak 6 Agustus 2025.
Latihan keras itu akhirnya berbuah manis saat Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal mengukuhkan mereka pada malam menjelang hari kemerdekaan. “Mudah-mudahan mereka menjadi contoh buat anak-anak muda yang lain,” pesan Gubernur Iqbal.
Formasi Paskibra tahun ini terdiri dari 17, 45, dan pasukan 8 yang diisi anggota TNI-Polri. Di tengah derap langkah tegap itu, Ulya menjadi pusat perhatian dengan baki di tangannya—simbol kehormatan dan tanggung jawab generasi muda kepada bangsa.
Bagi keluarga dan sekolahnya, momen ini tentu sangat membanggakan. Kepala MAN 1 Lotim, Wathoni, bahkan menyebut tahun ini sebagai tahun penuh berkah. Ia menilai pencapaian ini bukan sekadar prestasi, melainkan simbol kerja keras, doa, dan dedikasi yang berhasil mengangkat nama Lombok Timur di tingkat Provinsi NTB.
“Alhamdulillah, tahun ini empat siswa MAN 1 Lotim terpilih sebagai tim Paskibra provinsi dan kabupaten, bahkan Ulya lolos sebagai cadangan tim Paskibraka nasional. Ini buah dari semangat para siswa, para pembina, serta dukungan Pemda NTB dan Pemda Lotim,” ungkapnya penuh syukur.
Kini, nama Ulya bukan hanya tercatat sebagai siswi berprestasi, tetapi juga sebagai simbol inspirasi bagi generasi muda Lombok Timur. Dari Sukamulia, ia melangkah membawa baki merah putih di hadapan seluruh masyarakat NTB. Sebuah langkah kecil, namun dengan makna besar.
Wathoni menambahkan, keberhasilan para siswa MAN 1 Lotim, termasuk Ulya, menjadi bagian dari Paskibra Provinsi NTB adalah capaian luar biasa yang harus dijadikan teladan. Ia menilai, apa yang diraih ini tidak datang begitu saja, melainkan hasil dari semangat belajar, latihan yang keras, doa tulus orang tua, serta bimbingan para guru dan pelatih yang tak pernah lelah mendampingi.
“Ulya dan teman-temannya adalah bukti nyata bahwa dengan kerja keras dan disiplin, mimpi besar bisa diwujudkan. Mereka bukan hanya mengharumkan nama sekolah, tetapi juga membawa nama baik Lombok Timur ke level provinsi, bahkan nasional,” ujarnya.
Menurut Wathoni, sekolah memiliki tanggung jawab moral untuk terus mendampingi generasi muda agar mereka tumbuh tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi tangguh secara mental, berkarakter, serta memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Ia menegaskan bahwa MAN 1 Lotim akan terus mengoptimalkan berbagai program pembinaan, baik di bidang akademik, seni, maupun olahraga, sehingga setiap potensi siswa.
“Prestasi ini adalah awal, bukan akhir. Kami ingin anak-anak MAN 1 Lotim terus berkiprah, bukan hanya di NTB, tetapi di tingkat nasional dan internasional. Inilah cara kami membuktikan bahwa dari Lombok Timur bisa lahir generasi emas yang siap membangun bangsa,” pungkasnya.