Kisah Lansia Asal Lombok Timur yang Tinggal di Gubuk Reot

oleh -687 views

LOMBOKSATU.com – Kenyataan hidup memang tidak seindah yang dibayangkan. Hidup dalam kondisi menyedihkan, tinggal di dalam gubuk reot hingga usia renta, tidak punya anak. Parahnya lagi, di dalam gubuk reot bersama sapi piaraanya.

Begitulah kira-kira gambaran kisah sepasang suami isteri yang bernama Amaq Ahim yang lahir 75 tahun silam dan Inaq Senep yang lahir 74 tahun lalu. Mereka saat ini tinggal di Dusun Reban Desa Bagik Payung Selatan Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Amaq Ahim yang akrab disapa Amaq Sukur lahir 31 Desember 1945. Ia bersama pasangan sudah lama tingal di gubuk reot bahkan di dalam rumah yang berukuran kurang lebih 3×6 tersebut terdapat sapi yang dipelihara. Namun sapi itu juga bukan miliknya.

Pasangan yang sudah lanjut usia (Lansia) itu saat ini sudah tidak memiliki anak. Diceritakan, sebelumnya mereka memang punya anak perempuan satu-satunya namun sudah meninggal dunia sekitar tiga tahun yang lalu, sehingga saat ini mereka tinggal berdua.

Kondisi berat yang dialami kedua insan lansia ini untuk menjalani kesehariannya cukup memprihatinkan. Pasangan Lansia itu sangat berharap sentuhan dan ulur bantuan para pihak. Mereka berharap bantuan rumah layak huni namun tak kunjung ada.

Ditanyakan lebih jauh tentang keseharian Amaq Sukur, dengan terbata-bata menjawab bahwa dirinya bersama istrinya setiap hari pergi ke sawah dan menyabit rumput untuk ternaknya. Sawah yang digarap itupun bukan miliknya pribadi.

Diceritakan, diusia renta dan kondisi kesehatan sudah mulai kurang baik. Isterinya pula dalam kondisi batuk-batuk disertai rumah yang didalamnya ada kandang sapi membuat dirinya tidak nyaman.

Namun apalah daya, kondisi ekonomi dan kemampuan fisik sudah tidak ada, mereka hanya berharap belas kasih dari tetangga. Bantuan program keluarga harapan (PKH) dari pemerintah namun hal itu tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari mereka, apalagi jaminan kesehatan, sangat jauh dari harapan.

Meski demikian, tampak semangat hidup mereka tidak pupus, pasangan lansia itu terus berusaha dan berjuang untuk dapat menyambung hidup semaksimal mungkin demi sang istri yang dalam kondisi sakit-sakitan sampai hari ini.

Harapan bantuan untuk dibangunkan rumah oleh pemerintah sejak 10 tahun yang lalu dijanjikan, tapi sampai hari ini tidak kunjung datang untuk merenovasi rumahnya. Hanya satu kalimat yang Amaq Sujur ucapkan, “mungkin bukan rejeki saya pak,” ucapnya.

Ia juga mengaku ingin rasanya bisa punya tempat tinggal yang bagus, agar bisa ibadah dengan tenang sambil menunggu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa suatu saat nanti.